Citra Batik Bantul Yogyakarta


Citra Batik Bantul, Yogyakarta menawarkan pilihan motif batik khas Bantul Yogyakarta yang menawan dan elegan dengan harga terjangkau dan kualitas unggul. silahkan mencicipi:)

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.


menerima pesanan kain dan batik
Sebelum memesan harap dibaca dulu keterangan yang sudah tercantum di bawah masing2 gambar
-Bagi yang sudah memesan dianggap sudah memahami keterangan tersebut,,dan barang yang yang sudah di beli tidak dapat di kembalikan -Pembayaran dilakukan max 1 hari setelah transfer n it’s FULL PAYMENT,,DO NOT BOOKED IF YOU”RE NOT READY TO PAY ON THE NEXT DAY PEMESANAN sms ke 087839067374 (Nama, Alamat, jenis kain batik) Selamat Belanjaaaa.. 😉
Pilih produk favorit kamu dari PHOTO ALBUM
lalu pesan via SMS ke 087839067374
dengan FORMAT PEMESANAN :

♥ Nama
♥ No. HP yang bisa dihubungi untuk konfirmasi
♥ Alamat (untuk pengiriman barang)
♥ Nama produk, size(khusus baju), model baju, jumlah barang

Contoh:
Celline Dion
0818xxxxxxx
Komplek Green Mountain Jalan Cemara Raya No.88 RT 08 RW 01 Jakarta Selatan 12345
ceker ayam M, 2pc

apabila kurang jelas dapat kirim komen ato sms langsung:)
semoga membantu:*

By wararindi Dikirimkan di Iklan

PEMBUATAN PREPARAT SERBUK SARI MARKISA (Passiflora edulis) dan MIKROMETRI


PEMBUATAN PREPARAT SERBUK SARI MARKISA (Passiflora edulis) dan MIKROMETRI

A. TUJUAN
1. Mengetahui cara preparasi serbuk sari.
2. Mengukur diameter serbuk sari.

B. ALAT DAN BAHAN
1. Pembuatan Preparat Serbuk Sari
Alat
a. Gelas benda dan penutup
b. Sentrifus dan tabung sentrifus
c. Waterbath (penangas air)
d. Peralatan gelas
e. Lampu spritus
f. Mikroskop
Bahan
a. Serbuk sari
b. Asam asetat glacial
c. Asam sulfat pekat
d. Akuades
e. Gliserin jeli
f. Potongan paraffin
g. Safranin 1%

2. Pengukuran dengan Mikrometri
Alat
a. Mikroskop
b. Okuler Mikrometer
c. Obyek Mikrometer
Bahan
Preparat serbuk sari bunga Markisa
C. CARA KERJA
1. Pembuatan Preparat Serbuk Sari
Memasukkan serbuk sari atau antera yang sudah membuka ke dalam tabung yang sudah diisi dengan asam asetat glacial dan membiarkan minimal selama 24 jam.

Mengaduk bahan sampai asam asetat glacial menjadi keruh kemudian memindahkan ke dalam tabung sentrifus dan menyentrifus selama 10 menit.

Membuang cairan dan mengganti dengan campuran asam sulfat pekat dan asam assetat glacial dengan perbandingan 1: 9.

Meletakkan tabung sentrifus dalam waterbath sampai mendidih.

Setelah tabung dingin, disentrifus kembali kemudian cairan dibuang dan diganti akuades.

Melakukan pencucian dengan akuades sebanyak 2 kali. Setiap kali pencucian disentrifus lagi.

Membuang akuades dan mengganti dengan safranin 1%.

Dengan menggunakan batang gelas, bahan diambil dan diletakkan di atas gelas benda, kemudian ditetesi dengan gliseril jeli dan ditutup dengan gelas penutup. Pada beberapa tempat di bawah gelas penutup diberi potongan paraffin. Setelah itu dihangatkan sebentar di atas lampu spritus hingga paraffin mencair (jangan sampai mendidih).

2. Pengukuran dengan Mikrometri
a. Mencari nilai skala okuler mikrometer
Membuka bagian atas tabung lensa okuler dan menempatkan okuler mikrometer di bagian lensa okuler. Mengamati melalui lensa okuler, hingga ada bayangan skala-skala okuler mikrometer sudah tampak jelas. Mengatur lensa atas pada okuler hingga bayangan skala jelas.

Menempatkan obyek mikrometer di bawah lensa obyektif. Mencari bayangan skala obyek mikrometer dan okuler mikrometer yang paling jelas.

Mensejajarkan kedua bayangan skala dengan memutar bagian atas lensa okuler. Kemudian menghimpitkan bayangan keduanya dengan mengatur posisi obyek mikrometer

Mencari bayangan garis skala pada kedua mikrometer yang berhimpit (sama tinggi). Menghitung jumlah bagian skala pada masing-masing mikrometer dari titik 0 sampai garis skala yang berhimpit.

Jarak sesungguhnya antara 2 garis skala obyek mikrometer diketahui (tertulis pada obyek mikrometer). Jadi, nilai skala okuler mikrometer dapat dihitung.

b. Mengukur panjang / lebar sel atau bagian sel :
Setelah mengetahui nilai skala okuler mikrometer. Mengambil obyek mikrometer dan menggantinya dengan preparat yang akan kita ukur panjang sel atau bagian sel serbuk sarinya. Okuler mikrometer tetap di tempatnya semula.

Mencari bayangan preparat. Lensa obyektif yang kita gunakan pada waktu kita mengukur sel/bagian sel harus sama dengan lensa obyektif yang kita gunakan pada waktu menghitung nilai skala okuler mikrometer.

Menempatkan bayangan skala okuler mikrometer pada bayangan preparat sedemikian, hingga arah bayangan skala itu sesuai dengan arah diameter bagian serbuk sari yang diukur. Mengalikan jumlah bagian skala dengan nilai skala okuler adalah panjang/lebar yang dicari.

D. HASIL PENGAMATAN
Gambar 1. Bunga markisa (Passiflora edulis)

Gambar 2. Preparat serbuk sari Bunga markisa (Passiflora edulis)

E. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui cara preparasi serbuk sari dan mengukur panjang/lebar sel atau bagian sel. Preparat serbuk sari yang kami amati adalah pada bunga markisa (Passiflora edulis).

Klasifikasi :
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malpighiales
Famili : Passifloraceae
Genus : Passiflora
Spesies : Passiflora edulis

Pada pembuatan preparat ini serbuk sari yang digunakan adalah serbuk sari bunga markisa (Passiflora edulis). Serbuk sari ini dipilih karena markisa mudah didapat dan serbuk sarinya mudah untuk dipisahkan dari antera. Metode yang digunakan dalam pembuatan preparat ini adalah Acetolisis yang merupakan pelisisan dengan menggunakan asam. Proses pelisisan selalu menggunakan asam. Bagian yang dilisis adalah kotoran pada dinding-dinding serbuk sari agar bersih sehingga mudah diamati. Pelisisan terjadi pada waktu merendam serbuk sari pada Asam Acetat Glasial (AAG). Fungsi sentrifus dengan Asam Acetat dan Sulfat adalah untuk mengendapkan serbuk sari, sehingga mudah untuk memisahkannya dari kotoran pada waktu pergantian cairan. Proses ini dapat dilakukan beberapa kali sampai serbuk sari dapat benar-benar bersih dari kotoran.
Setelah itu diwarnai dengan safranin dan ditutup dengan gelas penutup yang sebelumnya serbuk sari ditetesi dengan gliserin jeli sebagai perekat dan setiap sudut gelas penutup diberi sedikit potongan kecil parafin. Penutupan dilakukan dengan hati-hati untuk memperkecil kemungkinan timbul gelembung.

1. Perhitungan Mikrometri
Sebagai objek yang akan diukur, digunakan preparat serbuk sari yang telah dibuat yaitu preparat serbuk sari tanaman markisa. Untuk dapat mengukurnya maka kita harus mengatur okuler dan obyek mikrometer sedemikian rupa sehingga dicapai satu titik temu pada garis paling kiri dari kedua skala. Titik 0 dari kedua skala diletakkan sama tinggi karena titik tersebut yang menjadi patokan awal dalam pengukuran. Setelah dilakukan pengukuran, pada obyek mikrometer tertulis 0,01 mm, berarti 1 skala obyek mikrometer = 0,01 mm atau 10 µm.
a. Pada serbuk sari tanaman Markisa (perbesaran 100x).
71 skala obyektif µm = 70 skala okuler
71 skala obyektif x 10 µm = 70 skala okuler
710/70 = 10,1 µm
Jadi 1 skala okuler besarnya adalah 10,1 µm.
Sedangkan diameter serbuk sari bunga markisa sebesar 5 µm, jadi ukuran serbuk sari sebesar 10,1 µm x 5 µm = 50,5 µm.

F. KESIMPULAN
A. Dari kegiatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa cara preparasi pembuatan serbuk sari yaitu :
1. Memfiksasi serbuk sari dengan asam asetat glasial selama 24 jam
2. Disentrifus selama 10 menit dengan kecepatan 3500 rpm
3. Mendidihkan dengan waterbath
4. Mensentrifus selama 10 menit dengan kecepatan 3500 rpm
5. Mewarnai dengan safranin 1 %
6. Mensentrifus selama 10 menit dengan kecepatan 3500 rpm
7. Diberi gliserin jeli dan parafin
8. Dipanaskan di atas lampu bunsen
9. Ditunggu sampai paraffin meleleh dan tertutup
10. Diamati dengan mikroskop
B. Dengan mikrometer preparat serbuk sari yang didapat diukur menggunakan okuler mikrometer dan objektif mikrometer.
71 skala obyektif µm = 70 skala okuler
71 skala obyektif x 10 µm = 70 skala okuler
710/70 = 10,1 µm
Jadi 1 skala okuler besarnya adalah 10,1 µm.
Sedangkan diameter serbuk sari bunga markisa sebesar 5 µm, jadi ukuran serbuk sari sebesar 10,1 µm x 5 µm = 50,5 µm.

G. DISKUSI
1. Selain safranin apakah pewarna lain bisa digunakan untuk mewarnai serbuk sari?
Jawab:
Pewarna selain safranin dapat menggunakan pewarna lain yaitu dengan acetokarmin atau aceto orsein.

2. Apa fungsi parafin (prosedur no. 8) pada pembuatan preparat serbuk sari?
Jawab:
Fungsi parafin adalah untuk merekatkan gelas objek dengan gelas penutup, sehingga udara atau air tidak dapat masuk ke dalam objek, kemudian medium preparat yang digunakan adalah gliserin jeli yang tidak kedap air. Parafin akan melindungi gliserin dari air dan udara sehingga preparat yang dibuat tahan cukup lama.

3. Apa fungsi sentrifugasi dengan asam asetat dan sulfat?
Jawab:
Fungsi sentrifugasi dengan asam asetat dan H2SO4 adalah asam asetat yang memperjelas eksin serbuk sari. Karena menghilangkan sapropolenin yang menyusun dinding serbuk sari sehingga morfologi serbuk sari dapat terlihat jelas.

4. Mengapa lensa obyektif yang kita gunakan pada waktu kita mengukur sel/bagian sel harus sama dengan lensa obyektif yang kita gunakan pada waktu menghitung nilai skala okuler mikrometer?
Jawab:
Agar tidak terjadi kesalahan dalam menghitung ukuran serbuk sari sebenarnya. Karena untuk menghitung serbuk sari pertama harus dilakukan kalibrasi dengan lensa okuler, setelah itu yang digunakan untuk mengukur adalah lensa okuler, dan lensa objektif diganti dengan preparat.
 
Daftar Pustaka

Ratnawati,dkk. 2010. Petunjuk Praktikum Mikroteknik. Yogyakarta : FMIPA UNY.

Tjitrosoepomo, Gembong. 1994. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta : UGM Press.

Wikipedia Bahasa Indonesia. Markisa. Diakses, 4 Desember 2010, terarsip di : http://www.wikipedia.com

Wikipedia Bahasa Indonesia. Serbuk sari. Diakses, 4 Desember 2010, terarsip di : http://www.wikipedia.com

By wararindi Dikirimkan di teknik

membuat preparat organ:)


Metode parafin merupakan cara pembuatan preparat permanen yang menggunakan parafin sebagai media embedding dengan tebal irisan kurang lebih mencapai 6 mikron-8 mikron. Metode ini memiliki irisan yang lebih tipis daripada menggunakan metode beku atau metode seloidin yang tebal irisannya kurang lebih mencapai 10 mikron. Langkah-langkah penting dalam metode ini antara lain fiksasi, pencucian, dehidrasi, penjernihan, embedding, penyayatan (section), penempelan, pewarnaan, dan penutupan. Larutan fiksasi yang digunakan untuk proses fiksasi adalah larutan Bouine. Larutan fiksasi ini merupakan larutan yang mampu bereaksi dan menandai suatu sel dengan spesimen diiris setipis mungkin. Hal ini mendukung laju fiksasi dalam sel (Botanika 2008).
Embedding merupakan proses pelilinan suatu organ dengan menggunakan kotak kertas. Proses ini memudahkan dalam membuat irisan yang sangat tipis dengan menggunakan mikrotom. Beberapa keuntungan menggunakan kotak kertas dalam embedding yaitu bisa membuat arah sayatan dan menandai suatu jaringan. Jaringan atau sampel akan ditanam di ketas kotak, dengan terlebih dahulu parafin membeku pada bagian dasar dalam kotak dan setelah penempelan jaringan dilanjutkan dengan penutupan dengan parafin sampai membeku.
Proses penyayatan (sectioning) diawali dengan pengirisan blok parafin dengan scalpel, sehingga permukaan blok parafin yang akan diiris dengan mikrotom berbentuk segi empat. Letak mata pisau pada mikrotom menentukan hasil yang diperoleh. Hasil sayatan diambil dengan menggunakan kuas secara hati-hati. Pita hasil sayatan ditempel pada kaca objek dengan menggunakan meyer albumin. Kaca obyek tersebut diletakkan di atas meja penangas ( haeting plate). Meyer albumin memiliki kandungan putih telur dan gliserin dan merupakan pelakat alami yang sangat baik (Hugo 2008).Proses pewarnaan dilakukan setelah preparat dideparafinasi dengan merendam preparat pada xylol. Salah satu pewarna metode parafin pada jaringan hewan adalah hematoxylin dan Eosin. Zat warna hematoxilin ini bersifat aquaosa.
Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui langkah-langkah dan cara pembuatan preparat jaringan hewan dengan metode paraffin dan mampu mengamati struktur jaringan hewan tersebut.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah mikroskop, gelas ukur, preparat, gleas objek, tabung reaksi, mikrotom, pipet tetes, pinset, oven, silet, tabung reaksi, dan botol fiksatif.
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah organ hewan, paraffin, larutan FAA, larutan Bouine, NaCl fisiologis, alkohol 30%, 50%, 70%, 80%, 90%, 100%, larutan xilol, larutan hematoxilin, eosin, dan entellan.
Pembahasan
Metode parafin termasuk metode irisan yang merupakan metode rutin atau standar. Pengamatan secara mikrokopis dari sesuatu jaringan yang normal sifatnya maupun yang mengidap sesuatu penyakit (patologis) akan lebih baik hasilnya bila dilakukan dari preparat jaringan yang telah dipersiapkan secara baik, telah dilakukan penyayatan yang cukup tipis, serta diberi pewarnaan yang sesuai, sehingga berbagai elemen jaringan yang diteliti lebih mudah untuk diamati. Dengan demikian, tidak saja penelitian secara mikroanatomi yang dapat dilakukan, tetapi juga memberi kemudahan dalam membedakan berbagai perubahan yang terjadi pada sel-sel jaringan yang diteliti. Adakalanya beberapa jenis jaringan memerlukan perlakuakan yang khusus untuk dapat menelitinya, seperti dalam hal jenis pewaranaan yang harus digunakan untuk sesuatu jenis jaringan tertentu (Sugiharto, 1989).
Suatu larutan fikasasi (fiksatif) yang baik akan mematikan serta mengawetkan semua isi sel dalam ukuran serta posisi semula dalam sel. Akan tetapi bila ditangani secara kasar, bahan akan rusak sebelum dimasukkan ke dalam larutan pengawet (Sugiharto, 1989).
Dilakukan fiksasi dengan menggunakan larutan FAA (Formalin, Asam asetat glasial, dan alkohol 70%), tujuan dari fiksasi adalah menjaga atau mengawetkan seluruh stuktur sel sehingga sedapat mungkin berada dalam keadaan sama atau hamper sama dengan keadaan aslinya pada waktu masih hidup. Penggunaan FAA tersebut karena penetrasi alkohol dan asam asetat ke dalam jaringan dapat berlangsung dengan cepat sehingga pematian dan fiksasi dapat berjalan dengan cepat, juga merupakan larutan yang stabil dan pengawet yang baik.
Kemudian langkah selanjutnya yaitu dehidrasi dengan menggunakan alkohol bertingkat dengan konsentrasi mulai dari 40%, 60%, 80%, 95%, dan 100%, fungsi dari dehidrasi adalah untuk menghilangkan kandungan air dari jaringan Ricinus comunis tersebut sehingga dapat dikenakan larutan yang dapat bercampur atau larut dalam paraffin dimana bahan akan ditanam. Digunakan alkohol bertingkat tersebut agar jaringan kandungan airnya dapat keluar sedikit demi sedikit hingga pada konsentrasi 100% pengeluaran airnya pun maksimal.
Kemudian langkah berikutnya adalah dealkoholosasi yang menggunkan xylol : alkohol 100% secara bertingkat pula yaitu dengan perbandingan 1:3, 1:1, dan 3:1, hal ini dilakukan agar pengeluaran alkoholnya juga maksimal sehingga larutan xylol inilah yang nantinya dapat terikat langsung dengan paraffin dan agar jaringan tersebut dapat beradaptasi, dan dengan menggunakan xylol I dan xylol II langkah ini dilakukan agar jaringan betul-betul beas dari alkohol dan hanya ada xylol, , serta menggunakan xylol : paraffin yaitu 1 : 9 hal ini dilakukan untuk menghilangkan xylol dari jaringan.
Kemudian langkah selanjutnya adalah infiltrasi/penjernihan, yaitu campuran paraffin dan xylol diganti dengan paraffin murni yang bertujuan untuk menghilangkn kandungan xylolnya secara maksimum serta untuk merekatkan jaringan.
Langkah selanjutnya yaitu penyelubungan dengan merendam jaringan dalam paraffin murni selama 15 menit diudara terbuka dan 15 menit di dalam oven, kemudian setelah mencair jaringan dimasukkan ke dalam blok dan dituangkan kembali paraffin murni kemudian dibiarkan pada suhu kamar agar parafinnya membeku selama 1 – 2 hari atau 48 jam. Hal ini bertujuan agar jaringan dapat dengan mudah terpotong tanpa merusak jaringan akar tersebut.
Kemudian dilakukan pengirisan dengan menggunakan mikrotom
Metode parafin merupakan metode membuat sediaan sayatan dari organ hewan. Larutan NaCl fisiologis bersifat indeferen atau tidak bereaksi dengan jaringan sampel, sebagai isotonis untuk mempertahankan kondisi awal anatomi dari jaringan agar tidak berubah ketika proses.
Larutan Bouine terdiri dari, formalin 15 ml, Asam pikrat jenuh 5 m, asam asetat glasial 1 ml. Fungsinya untuk memfiksasi jaringan. Larutan Bouine dibuat dengan cara melarutkan asam pikrat dalam air panas dan dibuat jenuh, biarkan satu malam. Kemudian ditambahkan formaldehid 14% dan asam asetat glasialmasing-masing dengan perbandingan 75:20:5 (Manson et.al. 1982). fungsinya untuk melihat jaringan hewan menjadi lebih baik.(Manson J M, H Zenick,and R D Coslow. 1982. Teratology Test Methods for Laboratory Animals. New York: Ravent Press. // Jurnal sains dan teknologi farmasi, vol. 12, No. 1, 2007, halaman 32 -40, ISSN: 1410-0177. pengaruh pemberian vitamin C terhadap fetus pada mencit diabetes. Helmi arifin, Vivi delvita, Almahdy A.)
Tujuan fiksasi: menghentikan proses metabolisme secara cepat, mencegah kerusakan jaringan, mengawetkan komponen2 sitologis dan histologis, mengawetkan keadaan sebenarnya, mengeraskan untuk materi2 yang lembek akan terjadi koagulasi protoplasma dan maupun elemen2 di dalam protoplasma, jaringan dapat diwarna sehinggabagian2 dari jaringan dapat mudah dikenali. Reaksi fiksatif harus dapat menstabilkan protein dan menghubungkan (cross-link) protein2 sehingga dapat mempertahankan keadaan di dalam sel/jaringan seperti kondisi in vivo.
Alkohol untuk menarik air/menghilangkan air dari sel (dehidrasi) pada jaringan hewan yang digunakan. Bahan dehidrasi harus dapat menggantikan air yang ada di dalam sel/ jaringan dan mampu melanjutkan kemampuan fiksatif yang bersifat mengeraskan jaringan, sekaligus mampu larut di dalam clearing agent. Dehidrasi dilakukan secara bertahap/ bertingkat (70,80,95,100%).
Xilol berfungsi untuk menjernihkan (clearing) jaringan dari alkohol (dealkoholisasi), zat antara yang dapat larut dalam alkohol sekaligus dalam parafin. Syarat: dapat menggantikan etanol dengan cepat, dapat melarutkan media infiltrasi dengan mudah, tidak mengganggu terhadap jaringan. Dilakukan bertahap, alkohol:xilol (1:1), dilanjutkan ke xilol. Penjernihan akan membuat jaringan tampak menjadi tembus pandang/transparan. Xilol bersifat mengeraskan jaringan dan dapat menyebabkan jaringan mudah rapuhbila terlalu lama di xilol.
Larutan parafin digunakan dalam infiltrasi, berfungsi sebagai medium untuk menanam/embedding yang dimasukkan ke dalam jaringan secara bertahap, zat yang menempati ruang-ruang di dalam jaringan sehingga penyayatan jaringan tidak merubah strukturnya. Jenis parafin: parafin lunak dengan titik leleh sekitar 48áµ’C, parafin medium dengan titik leleh sekitar 52áµ’C, parafin keras dengan titik leleh sekitar 56áµ’C.
Embedding menggunakan parafin (parafin wax) atau lilin merupakan media tanam campuran hidrokarbon minyak bumi yang memiliki titk leleh berkisar antara 40-70áµ’C. Parafin untuk histologi biasanya bukan parafin murni tetapi sudah dicampur. Karena: mempertinggi kekerasan sehingga dapat membuat sayatan tipis pada suhu ambient tinggi, mempertinggi kerekatan media sehingga didapatkan suatu pita hasil sayatan, mengubah struktur kristal pada parafin.
Penyayatan blok parafin berisi jaringan terlebih dahulu dibentuk (trimming). Penyayatan dilakukan menggunakan alat yang disebut mikrotom. Pita hasil sayatan ditempel pada kaca objek yang telah diberikan perekat albumen meyer (albumen/putih telur : gliserin ; 9:1) dan ditetesi air akuades. Selanjtnya ditaruh pada meja penangas, air yang hangat akan mengembangkan pita sayatan, sehingga ukuran sayatan mendekati ukuran sebenarnya.
Pewarnaan dilakukan setelah parafin pada sayatan dilarutkan dengan xilol karena tidak dapat mengikat air, sedangkan pewarnaan mengikat air. Setelah itu, sayatan direhidrasi dengan alkohol bertahap (100,95,80,70%) untuk mengkondisikan jaringan bisa dimasuki air. Dimasukkan dalam pewarna hematoksilin bertujuan untuk mewarnai inti sel (biru keunguan), sedangkan eosin untuk mewarnai sitoplasma menjadi merah muda.
Perlakuan dehidrasi kembali untuk mengeluarkan air dari dalam sel dengan alkohol bertahap (30,50,70,80,95,100%), direndam lagi pada xilol untuk memperkuat pengeluaran air dalam sel. Setelah itu, Mounting/penutupan sayatan oleh entellan yang tidak dapat larut dalam air.